Dalam sambutannya, Prof Elok menjelaskan penyakit degeneratif atau tidak menular telah menjadi masalah di seluruh dunia. Disebabkan karena rusaknya fungsi organ tubuh, penyakit ini telah menjadi penyebab hampir 17 juta orang meninggal setiap tahun, dan lebih banyak ditemukan di negara dengan pendapatan nasional rendah dan sedang.
“Rusaknya organ tubuh disebabkan karena usia dan gaya hidup, termasuk pola makan,” katanya.
Tidak hanya sebagai sumber nutrisi, pangan juga ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan aktivitas dan juga pangan fungsional. Pangan fungsional yang dapat dikembangkan adalah pangan hasil fermentasi.
Hal ini karena daya simpan lebih panjang, produk lebih aman dan memperbaiki sifat organoleptik. Fermentasi juga menghasilkan transformasi subtrat oleh mikroba sehingga menjadi beberapa senyawa bioaktif, seperti antioksidan, vitamin B serta senyawa lain yang dapat menjaga saluran pencernaan dan menurunkan kolestrol.
Kombucha atau minuman fermentasi berbasis teh dan gula belum banyak dikenal di Indonesia. Minuman ini dapat digunakan sebagai agen diabetes serta berpotensi sebagai probiotik. Dalam penelitiannya, Elok menggunakan Salak Swaru sebagai bahan utama fermentasi selain buah lainnya.
“Salak Swaru mengandung antioksidan dan senyawa bioaktif lebih tinggi dibanding kombucha berbasis buah lain. Selain itu juga kombucha ini dapat menguntungkan petani dan industri dengan berinovasi serta meningkatkan kesehatan masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, Prof Wahyono menjelaskan pengguna sepeda motor di Indonesia adalah terbanyak ketiga setelah China dan India. Adanya peningkatan penjualan setiap tahun dan perkembangan teknologi menghasilkan kebijakan penggantian komponen baja dengan alumunium dalam suku cadang yang disediakan.
“Alumunium memilki solusi menjawab krisis energi dunia namun juga menambah limbah,” katanya.
Di era 4.0, industri pengecoran alumunium usaha mikro harus lebih mengoptimalkan rantai nilai produksinya. Perencanaan dan kontrol operasi industri ditentukan dari biaya standar yang terdiri dari biaya langsung dan tarif produksi tidak langsung.
Penekanan manajemen rantai pasok menggunakan teknologi informasi juga dibutuhkan untuk menjaga ketersediaan bahan bakudan penjualan produk.
“Tujuannya adalah agar semua informasi yang tersedia untuk pelanggan dan kebutuhan internal dapat tercukupi agar dapat mengatasi ketidakpastian dan mencapai optimasi,” ujar Wahyono.
Dengan adanya percepatan sistem industri dan manufaktur, berdampak pada peningkatan kualitas produk. Perguruan tinggi dan UMKM harus bersinergi sehingga mampu berkompetisi baik skala domestik dan internasional.
“Harapannya dalam lima tahun kedepan, Laboratorium Pengecoran Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UB dapat menjadi pusat informasi pengecoran alumunium untuk pembuatan komponen otomotif di Indonesia Timur,” pungkasnya.