Jakarta – Kombucha memiliki reputasi yang baik sebagai salah satu minuman tradisional, tapi banyak orang yang belum familiar dengan nama ini. Padahal kombucha sudah ada sejak lebih dari 2.000 tahun silam, lho Bun.
Kombucha adalah minuman tradisional berupa teh hasil fermentasi yang terbuat dari bakteri dan ragi yang dicampur dengan teh hitam atau teh hijau dan gula. Teh manis yang diyakini berasal dari China ini berubah menjadi kombucha dengan bantuan SCOBY alias symbiotic colony of bacteria and yeast atau bakteri dan ragi yang difermentasi dalam rentang waktu tertentu.
Proses fermentasi ini yang membedakan kombucha dan minuman lainnya. Kombucha mengandung vitamin B, antioksidan dan probiotik, tetapi kandungan nutrisinya bervariasi tergantung dari merek atau cara pembuatannya. Dengan kandungannya itu, minuman ini diklaim memiliki manfaat kesehatan, mulai dari meningkatkan fungsi pencernaan, metabolisme, imunitas, hati, hingga kesehatan jantung.
Terkait dengan manfaatnya untuk pencernaan, banyak ahli gizi percaya bahwa kombucha mungkin bermanfaat bagi kesehatan usus karena kandungan probiotiknya. Meski demikian, mereka mengatakan bahwa hal itu memerlukan penelitian lebih lanjut.
“Beberapa sumber mengklaim bahwa kombucha dapat berdampak positif bagi kesehatan usus dengan mengurangi peradangan dan sebagai antioksidan karena kandungan probiotik, namun penelitian lebih lanjut perlu dituntaskan untuk mengonfirmasi klaim ini,” kata Tracy Lokwood Beckerman, ahli diet di New York City, dikutip dari TIME.
Sementara ahli diet lainnya, Maria Zamarripa mengatakan bahwa kombucha memang bisa mendukung kesehatan usus. Namun minuman ini tidak bisa digunakan sebagai pengganti diet sehat.
“Mengonsumsi makanan kaya serat dari buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian adalah faktor terpenting untuk mendukung usus yang sehat,” ujarnya.
Kandungan kafein dan alkohol dalam kombucha
Kombucha mengandung kafein dan alkohol. Lalu, berapa banyak kandungan kafein dan alkohol dalam kombucha ya Bun, apakah itu berbahaya?
Kombucha biasanya mengandung sedikit kafein karena dibuat dari teh. Jumlahnya lebih sedikit jika dibanding dengan kopi, teh, soda, dan minuman berkafein lainnya.
Kepala Ahli Gizi Klinis di Departemen Makanan dan Nutrisi Rumah Sakit Syosset di New York, Colleen Chiariello mengatakan, biasanya sekitar sepertiga kafein teh tetap ada setelah difermentasi, yaitu sekitar 10-25 miligram (mg) per porsi untuk teh hitam. Kafein tersebut tidak memberi dampak pada kebanyakan orang, tetapi responsnya bisa saja berbeda bagi sebagian orang.
Sementara kandungan alkohol dalam kombucha setelah proses fermentasi juga minim. Orang yang mengonsumsinya tidak akan merasakan efek memabukkan dari alkohol.
Apakah kombucha buruk untuk gigi?
Tingkat keasaman dalam kombucha berpotensi menimbulkan masalah, namun diperlukan studi lebih lanjut untuk mempelajari tentang bagaimana minuman itu berdampak pada kesehatan mulut.
“Kita bisa berspekulasi bahwa pH rendah dalam kombucha yang mirip dengan soda bisa memiliki efek sebanding,” kata asisten profesor di Departemen Kedokteran Gigi Umum di Stony Brook School of Dental Medicine, Amarilla Gastelum.
Minuman dengan pH rendah dapat mengganggu email gigi dan meningkatkan kemungkinan perubahan warna gigi saat mengonsumsi minuman berpigmen tinggi. Tetapi bukan berarti Bunda tak bisa mengonsumsi kombucha.
Untuk melindungi gigi, Gastelum merekomendasikan untuk minum kombucha dalam sekali waktu, menggunakan sedotan dan berkumur setelah meminumnya.
Lalu apakah aman minum kombucha secara teratur?
Soal itu, ahli gizi mengatakan, tidak masalah untuk mengonsumsi kombucha setiap hari, tapi ada baiknya Bunda berkonsultasi ke dokter jika tidak yakin. Sebab, beberapa ahli menyatakan ibu hamil atau menyusui dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah tidak disarankan mengonsumsi kombucha karena bakteri hidup dari minuman tersebut bisa berbahaya.
“Saat Anda hamil atau yang memiliki masalah kekebalan tubuh, bakteri hidup itu bisa masuk ke dalam darah Anda, menyebabkan penyakit,” ucap Zhaoping Li, Profesor di Departemen Ilmu Kedokteran dan Direktur Pusat Nutrisi Manusia di University of California, Los Angeles (UCLA).
Hal senada dikatakan ahli gizi di New York City, Lisa Moskovitz. Menurutnya, beberapa versi kombucha bisa membahayakan janin.
“Beberapa versi kombucha bisa tidak dipasteurisasi, terutama buatan sendiri, yang menghasilkan reaksi toksi dan dapat membahayakan janin,” ujarnya, dikutip dari Women’s Health.
Sementara Zamarripa menyarankan untuk memperhatikan jumlah kombucha yang sebaiknya dikonsumsi. Pasalnya, sebagian orang mungkin tidak mentolerir kombucha dalam jumlah banyak.
“Mulailah dengan minum 4 ons (118,3 mililiter) atau kurang per hari dan naikkan volumenya sesuai dengan toleransi Anda,” saran dia.