GenPI.co – Sudah tahu Kombucha?Itu adalah minuman teh tradisional Jepang fermentasi berbahan dasar teh hitam dan gula. Minuman ini punya kandungan beberapa vitamin, mineral dan enzyme ini beberapa tahun terakhir sedang tren di Indonesia. Kombucha dipercaya sejak lama mempunyai manfaat yang penting untuk kesehatan tubuh.
Seorang dara asal Wonosobo, JawaTengah bernama Novia Puspita Shinta Dewi berhasil meracik Kombucha dengan rasa yang unik. Ia mengombinasikan teh kombhuca dengan buah khas Dieng yakni carica.
Kepada GenPI.co, Shinta yang juga Brand Manager Hostel Tanijiwo yang berlokasi di Dieng Kulon, Banjarnegara, ini bercerita awal mula membuat teh Kombucha bercitarasa Dieng itu. Ia tertarik mencoba untuk belajar membuat kombucha yang pernah dia ikuti dalam sebuah kelas di suatu event, apalagi setelah dia mencoba dan hasilnya dia rasakan sendiri.
“Dulu awalnya karena ikut kelas bikin kombucha di Minggir festival, pas dicoba kok enak juga. Apalagi memang karena kombucha adalah minuman probiotik, jadi memang langsung ngefek ke pencernaan. Aku yang biasanya punya masalah maag dan susah buang air besar, kok jadi nggak pernah sakit lagi dan badan jadi lebih enteng”, ucap Shinta.
Temujumpa Restaurant, resto di hostel tempatnya bekerja, yang kemudian menjadi tempat bagi Shinta dan beberapa temannya bereksperimen. Mereka kemudian membuat kombucha yang dikreasikan dengan carica, buah khas Dieng.
“Kepikiran aku kan tinggal di Dieng, lucu juga nih kalau diinfuse buah carica. Jadi ada opsi carica-caricaan lain selain manisan dan keripik, yang tentunya juga sehat”, tambahnya.
Mantul, Dara ini Produksi Teh Kombucha Rasa Carica
Menurut Shinta, kesulitan membuat kombucha ini sendiri karena membuatnya menggunakan proses fermentasi dan tergantung kepada suhu.
“Susahnya sebenernya karena kombucha ini sendiri itu bikinnya pakai proses fermentasi, jadi tergantung banget sama suhu. Kalau pas belajar di Minggir Festival tuh di Jogja 3-5 hari aja sudah dapat yang enak. Nhah, kalau di Dieng karena suhu lebih dingin, sekitar 8-10 hari. Jadi benar-benar trial and error di awal untuk mendapatkan tingkat keasaman yang kita inginkan,” ungkapnya.
Kombucha sendiri pada dasarnya dibuat dari seduhan teh manis yang kemudian difermentasikan dengan jamur SCOBY (symbiotic culture of bacteria and yeast). Fermentasi menggunakan toples kaca sebagai wadahnya, yang ditutup rapat dengan kain.
Shinta mengaku pembuatan kombucha ini murni dia lakukan dengan modal nekat.
“Kita buat kombucha ini pure ‘pancal gas’. Asal diajak ngobrol yang baik-baik biasanya jadinya enak. Soalnya katanya gitu, karena scoby itu entitas yang hidup dan bekerja, harus disemangatin dan dibilang yg baik-baik biar hasilnya enak. Udah pernah aku bikin pas lagi sedih, sama pernah juga bikin sambil mikir detail keuntungan, malah jadinya nggak enak. Intinya kaya momong anak. Harus disayang-sayang dan diajak ngobrol tiap hari,” tambah Shinta dengan semangat.
Dimulai dari sekitar bulan Februari 2019, Shinta mengungkapkan bahwa awal-awal pembuatan masih belum dijual, dan kemudian minta kepada sahabat-sahabat terdekat untuk mencicipi. Selain carica, berbagai buah yang dicoba infuse antara lain adalah kelengkeng, apel, mangga, terong belanda dan anggur. Setelah dikemas dalam botol, dalam suhu ruang bisa tahan sekitar 2-3 hari, sedangkan jika disimpan dalam kulkas bisa lebih tahan lama, asalkan tertutup rapat.
“Pas udah banyak yang doyan, mulai pede untuk bawa ini ke lapak. Mulai hunting botol kemasan dan list buah apa aja yang enak untuk jadi infuse-an. Dan official dijual baru pas Dieng Culture Festival tanggal 3 Agustus kemarin,” jelasnya.
Untuk masalah harga, Shinta membandrol per botol ukuran 250ml Kombucha dengan harga 20ribu. Harga itu menurutnya tergolong murah dibandingkan dengan kota-kota pariwisata lain. Sementara ini, Kombucha Temujumpa bisa didapatkan di resto hostel Tanijiwo. Rencananya akan dipasarkan ke beberapa kedai di Wonosobo.
“Di acara DCF 2019 kemarin, pada nagih beli yang rasa carica. Mungkin mereka juga penasaran kali ya sama rasa carica ketika diinfuse ke fermentasi teh ini. Untuk pemasaran produk, mungkin dalam bulan depan sudah masuk ke beberapa kedai-kedai di Wonosobo,” ujarnya.
Shinta menambahkan, dirinya dalam membuat kombucha juga melibatkan teman-teman Dieng.
“Ini merupakan salah satu kontribusi untuk wilayah Dieng agar lebih berdaya dan bisa berkreasi dengan buah khas Dieng,” tutup Shinta.