Tastewise, sebuah startup di Israel yang memprediksi tren makanan menggunakan artificial intelligence (AI), menemukan kombucha dan chamomile dalam top search di tengah pandemi corona. Walau tahun lalu pencarian makanan sehat menaik, pandemi corona melonjakkan trennya. Konsumen bergegas searching makanan yang yang meningkatkan imunitas, mereda stres, dan punya fungsi pengobatan.
Kombucha misalnya, adalah teh fermentasi yang menurut situs www.kombuchakamp.com mengandung antioksidan, thiamin (B1), riboflavin (B2), niacin dan niacinmide (B3), panthothenic acid (B5), pyridoxine (B6), biotin (B7), folic acid (B9), B-12, dan vitamin C.
Kandungan nutrisinya meliputi asam asetat, asam glukonat, asam glukoronat, hingga asam sitrat.
Menyantap produk fermentasi yang mengandung probiotik seperti kombucha adalah langkah memberi makan bakteri baik dalam sistem pencernaan dan menciptakan mikrobioma usus yang lebih seimbang. Keseimbangan ini membantu menjaga performa imunitas dalam memerangi infeksi.
Bersumber dari Karakteristik Kimiawi dan Mikrobiologis Kombucha – Wistiana, dkk. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1446-1457, September 2015, efek kesehatan kombucha juga a.l. sebagai antioksidan, antibakteri, memperbaiki mikroflora usus, meningkatkan ketahanan tubuh, dan menurunkan tekanan darah.
Sementara menurut jurnal Health, Wellness, and Safety Aspects of the Consumption of Kombucha dari perusahaan jurnal riset Hindawi, London, kombucha berperan dalam kesehatan kulit, rambut, dan kuku. Karenanya, banyak penderita penyakit kulit diminta untuk mengonsumsi produk probiotik.
Kombucha bercita rasa kecut, dengan manis yang ringan, tergantung berapa lama fermentasi dilakukan. Selain 7-10 hari, ada juga yang menyarankan 8-12 hari. Asalnya dipercaya dari 2000 tahun lalu di Cina. Sumber lain menyebut kombucha juga ditemui di masa lalu Rusia, Jerman, dan Timur Tengah.
Kombucha juga minuman soda alami yang menjadi andalan kalangan sehat.
Hal itu diraih dengan melakukan pembotolan pada kombucha demi mengunci kandungan karbondioksida di dalamnya. Dalam proses bottling, ditambahkan manis alami dari buah atau kurma sebagai asupan bakteri dalam menghasilkan karbondioksida. Proses ini disebut second fermentation.
Banyak yang bergidik melihat jumlah gula dalam pembuatan kombucha. Padahal, kelompok ragi dalam kombucha menggunakan gula sebagai substrat dan mengkonversinya menjadi alkohol. Lalu, alkohol ini disantap oleh kelompok bakteri untuk menghasilkan senyawa asam organik, didominasi asam asetat.
Di kafe, healthy restaurant, dan swalayan urban di Jakarta, konsumen kombucha melebar, tak lagi hanya dicari-cari para yogi, kaum vegan, dan health geek. Anak muda juga suka melirik kombucha karena desain labelnya selalu kekinian dan informatif.
Di rak-rak supermarket, kombucha bersanding dengan minuman-minuman seperti iced coffee, jamu botolan, dan water kefir.
Biasanya, perbotol kombucha dijual Rp37.000-Rp55.000. Bahkan, restoran sehat Blue Zone di Jalan Gunawarman, Jakarta Selatan, punya kombucha bar yang menjual kombucha mocktail hingga kombucha-on-tap.
Kombucha bisa diolah di rumah namun bukan wilayah mereka yang melakukan segala dengan terburu-buru. Prosesnya harus higienis. Area dapur juga sebaiknya tidak terlalu sempit mengingat banyaknya proses sterilisasi alat yang harus dilakukan.